Jumat, 19 Juli 2013

Dealing with Disappointed Apple iPhone Customers Case

SUMMARY:
Pada tanggal 5 September 2007, Steve Jobs, CEO Perusahaan Apple, mengumumkan bahwa harga product iPhone mereka yang sangat sukses akan dikurangkan sejumlah $200 dari harga semula sebesar $599 yang merupakan harga perkenalan yang sudah sejak dua bulan. Tak perlu dibicarakan, dia menerima email yang sangat banyak dari para pelanggan yang kecewa dan marah. Dua hari kemudian,  Steve Jobs menawarkan $100 kredit yang dapat di gunakan di toko Apple dan online store kepada para pelanggan yang sudah membayar harga penuh. Apakah keputusan untuk mengurangi $200 dan sikap untuk melakukannya tepat dari sudut pandang etika?
Seandainya pihak management Apple melakukan sniff test sebelum mengambil keputusan mungkin mereka memiliki kesimpulan bahwa ibu mreka tidak akan bangga atau nyaman dengan keputusan tersebut. Sama halnya, mungkin mereka akan sadar bahwa pengurangan harga juga bertentangan dengan kode etik pelayanan pelanggan Apple.
Jika Apple hanya melihat dari sisi pemegang saham dalam mengambil keputusan tersebut, mereka akan sadar selain pelanggan awal yang terkena imbas, perusahaan Apple sendiri ternoda dan itu bisa juga berimbas terhadap pelanggan lain yang mereka coba untuk dekati. Sebagai tambahan, para pekerja Apple yang mana banyak diantara mereka sudah tergoda oleh reputasi Apple yang kuat yang selalu menyediakan solusi yang inovatif dengan standar tinggi akan dipertanyakan oleh company mothers, yang mana akan melemahkan komitmen dan kesetiaan mereka.
Seandainya pihak perusahan Apple sudah menerapkan philosophi etika traditional mereka akan mengetahui hal hal berikut:
1.    Konsekuensialisme
Dari sisi pandang keuntungan, Apple mengharapkan lebih dari sekedar pengimbangan dari $200 pengurangan harga per unit in margin dan mendapatkan jumlah penjualan yang besar.  Jika hanya untukk iPhone saja mungkin cara ini sudah tepat, tapi Apple juga memiliki banyak produk lain yang juga akan dibeli oleh pelanggan mereka yang juga bisa terkenda dampak negatifnya. Dan juga melihat keputusan tersebut sebagai kesempatan untuk pengurangan harga dari harga awal yang tinggi.  Sikap GOUGING sudah bisa di tebak yang mana akan merusak nilai proposisi apple secara keseluruhan dan juga penjualan produk selain iPhone akan terpengaruh sebagai dampak dari keputusan tersebut. Secara umum, pihak management mungkin  yakin dengan keputusan penggabungan untuk penjualan iPhone dan produk lainnya.
2.     Tugas, Hak dan Justice
Para excecutive Apple mempunyai tugas untuk mendapatkan keuntungan selama hal tersebut tidak melanggar hukum. Dalam kasus ini, para pembeli awal iPhone memiliki hak secara legal untuk menuntut perusahaan dengan alasan perlakuan yang tidak adil.  Namun, aksi individual akan lebih sedikit dari pada class action. Dampak dari ketidakadilan pengurangan harga dapat berupa tekanan buruk yang signifikan.
3.    Kualitas Bagus yang Diharapkan
Dalam pikiran pelanggan dan pekerja pada perusahaan Apple, Jobs mempunyai image secara teknis sebagai jenius yang berpandangan jauh ke depan yang terarah untuk menyediakan nilai yang hebat bagi stakeholder. Penurunan harga $200 tidak sesuai dengan harapan mereka pada Jobs dan Apple.

Apple seharusnya juga menggunakan pertanyaan “Tucker Framework” yang dikembangkan dan dimodifikasi untuk menguji penurunan harga $200. Jika begitu adanya, jawabannya adalah sebagai berikut:
1.      Apakah hal ini menguntungkan? Hasilnya tidak jelas apakah menguntungkan atau tidak.
2.      Apakah hal ini legal? Mungkin, kecuali perlindungan konsumen tidak disinggung.
3.      Apakah hal ini adil? Tidak menurut beberapa pelanggan dan pekerja.
4.      Apakah hal ini benar? Tidak menurut beberapa eksekutif, pekerja, dan pelanggan potensial.
5.  Apakah hal ini mendemonstrasikan kualitas bagus yang diharapkan? Tidak seperti yang didiskusikan sebelumnya.
6.   Pertanyaan opsional: Apakah ini berkelanjutan? Isu dampak terhadap lingkungan tidak dilibatkan dalam keputusan ini, tapi akan berdampak negative dan signifikan jangka menengah dan jangka yang lebih panjang. Sangat tidak bijak untuk mengulang keputusan atau mengabaikan dampak negatif di masa depan yang berpengaruh terhadap reputasi.

Sewajarnya, Apple harus mempertimbangkan pengurangan harga $200 sebagai ketidakadilan dan ketidakbijakan tanpa adanya mitigasi bagi pembeli awal iPhone. Apakah pemberian kredit $100 memadai? Dalam peristiwa apapun, Jobs dapat menghindari tekanan negatif dan kerusakan pada reputasinya dan Apple, jika Apple telah menggunaka EDM untuk menganalisa keputusan sebelum bertindak.
Hal ini harus menjadi catatan bahwa meskipun potongan harga yang disebutkan pada kasus ini tidak jarang dan dianggap tidak umum sebagai masalah etika serius, mereka mempunyai aspek etis yang bisa dinilai menggunakan pendekatan EDM. Mereka merepresentasikan risiko yang dapat melemahkan reputasi eksekutif dan perusahaan yang terlibat.
REVIEW:
Dari ketiga pertimbangan di atas (konsekuensialisme, Tugas, Hak dan Justice, Kualitas Bagus yang Diharapkan) harus memuaskan orang yang terkena dampak keputusan tersebut agar keputusan dapat dipertimbangkan sebagai keputusan yang etis. Jika dilihat dari kasus perusahaan Apple yang dikaitkan dengan pertimbangan di atas, lebih banyak dampak negatif yang dirasakan dari keputusan akhir tersebut. Artinya, keputusan yang diambil oleh perusahaan Apple belum cukup etis. Karena pelanggan merasa keputusan ini tidak adil (sebelah pihak), meskipun perusahaan mendapatkan keuntungan dengan banyaknya pelanggan baru yang  datang untuk membeli produk mereka, akan tetapi tidak dapat dipungkiri, bahwasanya pelanggan lama merasa dirugikan dan ini dapat mencoreng nama baik perusahaan. Harusnya perusahaan memusyawarahkan masalah ini terlebih dahulu dengan pihak-pihak yang terkait didalamnya untuk menjaga integritas perusahaan tersebut di mata khalayak ramai.

RINA MAULINA
1201103030060
PPAK IX B



Kamis, 11 Juli 2013

Pilar-pilar Kode Etik Menurut IAI

KODE ETIK IKATAN AKUNTASI INDONESIA
Kode etik adalah aturan perilaku etika akuntan dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya. Kode Etik menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) meliputi:
a.    Prinsip etika akuntan;
b.    Aturan etika akuntan; dan
c.    Interpretasi aturan etika akuntan
Kode Etik IAI dirumuskan oleh Badan yang khusus dibentuk untuk tujuan tersebut oleh Dewan Pengurus Nasional. Kode Etik IAI mengikat seluruh anggota IAI.
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi, yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi yang digelutinya. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. 

Ad.1. Prinsip Etika Akuntan
Prinsip Etika Akuntan memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika Akuntan, yang mengatur pelaksanaan, pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota. Etika merupakan sesuatu mengenai benar dan salah yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan. Jadi Prinsip Etika Akuntan adalah suatu pernyataan atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang ataupun kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan aturan yang ditetapkan dan tidak menyimpang dari profesi akuntan yang dimiliki, dan menjadikan sebuah profesi menjadi terarah dan jauh dari skandal. Karena itu, bagi akuntan prinsip ini adalah aturan tertinggi yang harus diikuti. 

Ad. 2. Aturan Etika Akuntan
Aturan Etika Akuntan disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Jadi Aturan Etika Akuntan merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan oleh baik individual maupun sekelompok orang yang berada di suatu lingkungan yang menjadikan etika sebagai sumber utama penilaian seorang akuntan untuk meningkatkan integritas profesi yang dimilikinya. Ketika bertindak untuk kepentingan publik, maka setiap praktisi harus mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam kode etik. Kode etik yang dijalankan dengan benar menjadikan sebuah profesi menjadi terarah dan jauh dari skandal. 

Ad.3. Interpretasi Aturan Etika Akuntan
Merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Kuatnya penerapan kode etik itu terletak pada para pelakunya, yaitu di dalam hati nuraninya. Jika seseorang berprofesi sebagai akuntan, dan dia mempunyai integritas tinggi, dengan sendirinya dia akan menjalankan prinsip kode etik dan standar akuntan yang ditetapkan. 
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat 4 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi: 
a.    Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi. 
Kredibilitas adalah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan. Aplikasi umum yang sah dari istilah kredibilitas berkaitan dengan kesaksian dari seseorang atau suatu lembaga selama konferensi. Kesaksian haruslah kompeten dan kredibel apabila ingin diterima sebagai bukti dari sebuah isu yang diperdebatkan. Sebagai contoh, Adam Oberholtzer adalah seorang auditor, Adam Oberholtzer harus bisa dipercaya dalam mengambil keputusan, dengan data yang benar-benar akurat, dan mengerjakan pekerjaan sebaik mungkin.
b. Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi. 
Profesionalisme adalah suatu bentuk dari sifat-sifat, baik itu kemampuan, keterampilan, cara pelaksanaan sesuatu, dan lain lain, sebagaimana yang tepat terdapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Contohnya, sebagai akuntan, kita harus bisa bekerja dengan benar, sesuai dengan standar yang telah dibuat dan selalu memuaskan pihak-pihak yang mempekerjakan kita.
c.    Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi. 
Kualitas jasa seorang akuntan dalam mengaudit akan sangat bermanfaat bagi investor dan pemakai laporan keuangan yang terkait dengan manfaat audit dalam pelaporan keuangan. Oleh karena itu, kemampuan menyediakan jasa audit yang berkualitas tinggi menjadi fokus penting yang harus diperhatikan oleh seorang akuntan. Audit yang dilakukan secara efektif akan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, relevan dan dapat dipercaya.
d. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan. 

Jumat, 05 Juli 2013

Tugas Individu Chapter 2


1.    Berdasarkan pendapat dan pemikiranmu apakah kejadian atau skandal yang dibicarakan dalam chapter ini merupakan hal berupa pelanggaran dalam bisnis yang berdiri sendiri, atau hal tersebut masih berhubungan dengan system bisnis dunia yang sedang berjalan?
JAWAB:
Kita lihat pada kasus-kasus yang tercatat pada bab ini, dapat dikatakan bahwa telah terjadi kesalahan sistem yang menyeluruh pada perusahaan-perusahaan yang tercantum dalam bab ini. Mengapa dapat dikatakan begitu? Dapat kita ambil contoh pada perusahaan audit Arthur Andersen dimana terjadi pergeseran budaya yang seharusnya perusahaan mengacu pada peningkatan kualitas audit, tetapi pada kenyataannya bergeser menjadi perusahaan yang mengacu pada keuntungan semata. Selain itu, tidak adanya peraturan yang ketat dalam mengatur bagaimana fungsi auditor itu sendiri, sehingga terjadi fungsi ganda (double function) dimana auditor dapat berperan sebagai auditor sekaligus sebagai konsultan keuangan suatu perusahaan sehingga menimbulkan ketidak-objektifan dalam penilaian kinerja perusahaan. Jadi, secara tidak langsung telah melakukan pelanggaran kode etik dan professionalisme sebagai seorang auditor.

2.    Kejadian yang dipaparkan dalam chapter ini telah membawa reformasi perundang-undangan yang mana lebih fokus dan memperhatikan kepada bagaimana eksekutif bisnis,direktur dan akuntan berperilaku. Dalam kasus ini apakah perundang-undangan yang terlalu sedikit menjadi alasan telatnya dalam menaggulangi kegagalan bisnis? 
JAWAB:
Pernyataan tersebut benar. Alasannya karena peraturan dibuat setelah terjadinya kecurangan-kecurangan atau penyimpangan yang menimbulkan kerugian yang bukan hanya untuk perusahaan tetapi juga bagi stakeholder dan shareholder perusahaan tersebut. Dewasa ini, peraturan yang  mengatur suatu kegiatan yang telah dibuat pun dapat dilanggar dan menimbulkan kecurangan, apalagi tidak adanya peraturan yang mengatur suatu kegiatan.

3.    Apakah ada hal lainnya selain peraturan (undang-undang) yang dapat membatasi penyimpangan dan pelanggaran perilaku bisnis?
JAWAB:
Ada. Yaitu mencoba menyamakan dan meluruskan kembali visi dan misi perusahaan. Serta mempertegas kembali fungsi  budaya pada perusahaan yang telah berges dari fungsi semula. Hal ini juga didukung oleh perilaku yang dimiliki karyawan dalam  perusahaan. Terdapat wadah yang memberikan pelatihan etika bagi auditor maupun akuntan seperti AICPA. Wadah akan sangat berguna untuk membentuk perilaku etis dan karakter yang baik bagi karyawan karena perilaku adalah akar dari perubahan ke arah yang lebih baik.

4.    Banyak masalah mengenai pelanggaran keuangan melibatkan penyajian/penjabaran yang keliru yang berujung kepada penyesatan baik pada dewan direksi dan/atau investor. Dalam persoalan ini identifikasi apa saja yang merupakan kekeliruan penyajian yang terjadi pada kasus Enron dan WorldCom. Siapa yang menerima manfaat? Dan siapa yang disesatkan dalam kasus ini?
JAWAB:
Jika membicarakan keuntungan, yang diuntungkan adalah pihak-pihak yang melakukakn kecurangan, khususnya para petinggi perusahaan dan beberapa karyawan yang terlibat. Akan tetapi, keuntungan yang didapat adalah keuntungan yang sifatnya semu karena setelah kecurangan itu terbongkar, mereka harus membayar kerugian dengan harga yang tidak sepantasnya yakni jauh diatas keuntungan yang mereka peroleh. Kerugian yang mereka peroleh bukan hanya kerugian materil, tetapi juga kerugian moril. Selain itu, yang mendapatkan kerugian adalah karyawan-karyawan yang sama sekali tidak terlibat dan tidak tahu-menahu akan kecurangan yang dilakukakn oleh segelintir orang yang ada di perusahaan. Selain itu, kerugian juga dialami oleh para shareholder dan stakeholder.

5.    Analisis kasus Enron dan Worldcom pada chapter ini dengan menggunakan Jennings “Seven Sign” Framework?
JAWAB:
Ketujuh tangga yang disebutkan Marianne Jennings dalam bukunya tersebut yang berjudul The Seven Signs of Ethical Collapse: How to Spot Moral Meltdowns in Companies:
a.       Tekanan untuk mencapai tujuan terutama tujuan keuangan dengan cara apapun
b.      Budaya yang tidak mendorong adanya komunikasi yang terbuka
c.       CEO yang dikelilingi oleh orang-orang yang sependapat dengannya, dimana CEO memiliki reputasi yang kritis
d.      Dewan direksi yang lemah dan tak terlatih yang menggadaikan tanggung jawabnya
e.       Organisasi yang membudayakan nepotisme dan bias sebagai dasar
f.       Keangkuhan. Menganggap bahwa peraturan dibuat hanya untuk orang lain bukan untuk dirinya sendiri
g.      Perilaku kecacatan biaya/keuntungan yang menyarankan bahwa perilaku etika yang buruk pada suatu area dapat ditutup dengan perilaku etika yang baik pada area lainnya
Hubungan ketujuh tangga tersebut dengan kasus Enron dan WorldCom adalah dimana runtuhnya perusahaan tersebut sangat besar pengaruhnya dengan tangga-tangga yang disebutkan oleh Jennings tersebut. Jelas sekali bahwa apa yang dilakukan oleh Enron dan WorldCom sesuai dengan 7 tanda runtuhnya etika pada perusahaan dan juga dikolaborasi dengan KAP Arthur Andersen dimana perilaku mereka tergambar dari tujuh tangga tersebut.
6.    Urutkan tiga penjahat yang paling bermasalah pada film Wall Street: Money Never Sleeps (2010). Berikan penjelasannya mengapa diurutkan seperti itu?
JAWAB:
Ø Gordon Gekko à Dia adalah dalang dibalik semua kecurangan yang dilakukan di pasar saham, dihukum 8 tahun penjara.
Ø Bretton James à Orang kedua dalam film ini, banyak “ide-ide” yang berasal dari orang ini. Salah seorang broker saham senior dan sangat berbakat, sahabat Gordon gekko. Walaupun tidak bertanggung jawab penuh namun dia adalah salah seorang dalang dari kasus di film ini.
Ø Jake Moore à Dia yang paling muda di antara 3 sekawan ini, memiliki hubungan dengan putri Gordon gekko, membantu gecko dalam pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan di pasar bursa. Seorang broker saham junior yang merupakan tangan kanan Gordon.

7.    Dalam chapter ini kasus-kasus tersebut didiskusikan cukup panjang- enron, worldcom, Arthur Andersen, dan Barnie Madoff- permasalahan atau pelanggaran tersebut diketahui oleh yang namanya Whistle-blowers. Haruskah mereka (Whistle-Blowers) berusaha lebih keras lagi agar dapat didengar (digubris)? Bagaimana?
JAWAB:
Sudah seharusnya whistle-blower memberikan campur tangan yang lebih terhadap kasus-kasus pada perusahaan tersebut, karena memang inilah tugas mereka yaitu sebagai pengingat atas penyimpangan yang disengaja atau tidak disengaja yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Jika peringatan tidak diindahkan, whistle-blower mempunyai hak untuk melaporkan mereka kepada lembaga yang menangani masalah tersebut. Apalagi jika penyimpangan tersebut sudah berdampak pada kerugian bagi shareholder dan stakeholder beserta karyawan yang tidak terlibat dalam kasus-kasus tersebut.


Rabu, 26 Juni 2013

Cases Enron (Enron's Questionable Transactions)

Cases of Enron’s questionable transaction
1.    Which segment of its operations got Enron into difficulties?
Answer:
Almost every all segments of their operation were improper. First of all, they practice unethical and dishonest practices which victimized workers, consumers, taxpayers and stockholders. Enron created partnerships within their own organization which led to them creating new financial instruments, called SPE’s (special purpose entities) which was used to falsify the accounting. The improper financial reporting was to make the company look good, instead of assuring that the figures are accurate and reliable. Enron's legal department wrote up contracts that were irregular. Enron executives were so focused on the pursuit of profits, regardless of economic fundamentals. Enron had excesses of difficulties and they also cause their law firm and accounting firm to become involved in a web of dishonesty.
Enron first got into difficulties when Michael Kopper was appointed to manage Chewco although he was an employee of Enron working for Andrew Fastow. Kopper did not seem to have the best interest involved in his appointment. More difficulties arose when new capital structure for Chewco was created including an investment of over $11 million in equity that did not come from an outside investor, but from Donson – who was Kopper’s partener – the loan was Barclays Bank to Kopper / Dodson. This was the start of Enron’s problem. In addition to this, Enron was inccorectly booking revenue for services that were not completed. Also, Enron stocks were paid by promissory notes instead of cash.
Atau
Pada segmen / bagian manakah usaha Enron mendapatkan kesulitan?
Jawab:
Hampir setiap semua segmen operasi mereka tidak benar. Pertama-tama, mereka berlatih praktik yang tidak etis dan tidak jujur ​​yang menjadi korban pekerja, konsumen, pembayar pajak dan pemegang saham. Enron menciptakan kemitraan dalam organisasi mereka sendiri yang menyebabkan mereka menciptakan instrumen keuangan baru, yang disebut SPE (entitas bertujuan khusus) yang digunakan untuk memalsukan akuntansi. Pelaporan keuangan yang tidak benar adalah untuk membuat perusahaan terlihat baik, bukan untuk meyakinkan bahwa angka-angka yang akurat dan dapat diandalkan. Departemen hukum Enron menuliskan kontrak yang tidak teratur. Eksekutif Enron yang begitu terfokus pada mengejar keuntungan, terlepas dari fundamental ekonomi. Enron memiliki kesulitan akses dan mereka juga menyebabkan firma hukum dan perusahaan akuntansi untuk terlibat dalam jaring ketidakjujuran.

Enron pertama kali mendapat kesulitan ketika Michael Kopper ditunjuk untuk mengelola Chewco, meskipun ia adalah seorang karyawan Enron yang bekerja untuk Andrew Fastow. Kopper tampaknya tidak memiliki kepentingan terbaik terlibat dalam pengangkatannya. Lebih banyak kesulitan yang muncul ketika struktur modal baru untuk Chewco diciptakan termasuk investasi lebih dari $11 juta pada ekuitas yang tidak berasal dari investor luar, tapi berasal dari Donson yang merupakan rekan/partner pinjaman Barclays Bank untuk Kopper/Dodson. Ini adalah awal dari masalah Enron. Selain ini, Enron salah melakukan pemesanan pendapatan untuk layanan yang belum selesai. Juga, saham Enron dibayar oleh promissory notes bukan uang tunai.